Ternyata Biawak Air (Varanus salvator) itu Cacat/Buta


Varanus salvator
Hari itu Tanggal 11 Agustus 2017 setelah hujan berhenti saya bergegas ke lokasi sarang burung Sempur-hujan Sungai ; Black-and-Red Broadbill (Cymbirhynchus macrorhynchos) di sepadan sungai Subayang Kecamatan Kampar Kiri Hulu, namun untuk mencapai lokasi tersebut harus menggunakan Piyau* karena kendaraan ini lah satu-satunya yang digunakan oleh masyarakat disini juga tidak terdapat akses jalur darat.
Piyau di Desa Tanjung Belit
Pada saat pengamatan ini saya ditemani oleh Om Chairul dari INDECON bang M Suhadi dari Perkumpulan YAPEKA Indonesia dan Indra Riyus (Yus Katup) pengemudi Piyau* namun setelah sampai di lokasi pengamatan Om Irul dan Bang Suahdi serta Yus Katup tidak ikut karena misi mereka untuk mencari Ikan Pantau di Sungai Subayang untuk lauk makan malam. Tanpa membuang waktu sayapun langsung memakai kain camoflase sambil mengamati burung Sempur-hujan Sungai namun sayang keberadaanku diketahui oleh Burung Sempur-hujan Sungai, karena merasa bosan setelah cukup lama burung sempur tidak kembali kesarangnya akhirnya saya memutuskan untuk mengamati Capung Jarum; Damselfly di delta Sungai Subayang,
Rhinocypha sp

namun disela-sela batu ada yang menarik perhatian saya yaitu Biawak Air (Varanus salvator) berukuran besar perlahan-lahan sambil mengendap-ngendap saya mendekati Biawak tersebut sambil memencet Shutter kameraku, setelah jarak saya dengan biawak sekitar kurang lebi 5 meter tidak ada tanda-tanda biawak ini akan kabur disini saya mulai curiga biasanya biawak liar akan berlari apabila melihat manusia. Akhirnya saya mulai mendekati biawak tersebut sampai jarak 1,5 meter dan memotretnya kurang lebih 20 menit saya memoto biawak ini selama itu jugaa tidak ada tanda-tanda biawak tersebut akan berlari.
Varanus salvator
 
Jarak Biawak dan saya sekitar 1,5 meter
Sesekali saya menggejutkan biawak ini namun dia hanya menggerakkan kepalanya saja dan menatap kearah ku. Karena saya sangat penasaran dengan prilaku aneh biawak ini akhirnya saya memberanikan diri untuk memegang ekor biawak tersebut namun tidak ada perlawanan memberontak apalagi untuk berlari, sungguh terkejut ketika melihat mata kiri biawak ini dan ternyata matanya Cacat/ Buta, Penyebab matanya buta diperkirakan karena berkelahi dengan sesamanya atau ada penyebab lainnya yang tidak saya ketahui.

Mata Kiri yang cacat (Buta)

Mata Kiri yang cacat (Buta)
Setelah mengetahui kalau biawak ini cacat lalu saya meninggalkannya dan kembali mengamati burung Sempur-hujan Sungai hingga saya dijemput oleh teman-teman tadi biawak ini hanya bergerak sejauh 10 meter di delta sungai, bang M Suhadi dan om Irul juga melihat biawak tersebut kok jinak sekali tutur mereka lalu saya bilang kalau biawak tersebut cacat dan mengalami kebutaan mata disebelah kiri. Sepanjang perjalanan pulang ke Desa Tanjung Belit kita berempat saling bertanya apakah biawak tersebut akan kuat dalam berburu mangsanya.
Posisi terakhir sebelum saya tinggalkan
Catatan :
* Perahu Bermotor
*Sebutan Masyarakat Kampar Kiri Hulu

Comments