Mengamati Cicak Terbang (Draco sp) disela-sela wisata bunga Rafflesia arnoldii

Rafflesia arnoldii
Bengkulu terkenal dengan bumi Rafflesia ( Bengkulu land of Rafflesia) hal ini dilatar belakangi dengan pertama kali ditemukannya Raffleisa arnoldii oleh Dr. Joseph Arnold sedang mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles di lubuk Tapi Bengkulu Selatan tahun 1818. Semenjak itu sampai sekarang Bengkulu terkenal dengan Bunga Rafflesia, dan menjadi salah satu tujuan wisata Bunga Padma Raksasa baik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara, ekowisata bunga Rafflesia masih mendapat kendala yaitu bunga Rafflesia tidak mekar setiap saat, sehingga pengelolaan ekowisata Rafflesia juga belum maksimal padahal jika dilihat banyak potensi yang dapat digali dan ditawarkan menjadi paket ekowisata Rafflesia salah satunya adalah paket wisata minat khusus misalnya pengamatan burung pada habitat Rafflesia arnoldii atau pengamatan amfibi dan Reftil di habitat Rafflesia arnoldii atau paket wisata lainnya yang berdekatan dengan habitat Rafflesia. Jadi ketika Rafflesia arnoldii tidak ada yang mekar kegiatan ekowisata tetap bisa berjalan. Adapun lokasi-lokasi ekowisata di Bengkulu meliputi Kab. Bengkulu Tengah dan Kepahiang (HL Bukit Daun Register 5), Kab. Bengkulu Utara (Palak Siring Kemumu, Kelompok HL Bukit Daun / Boven Lais), Kab. Kaur (Desa Manau IX). 
Draco haematopogon
Baik lah kali ini penulis belum akan membahas lebih dalam tentang ekosiwata maupun tentang Rafflesia arnoldii, melainkan saya akan berbagi tentang hasil pengamatan Cicak Terbang (Draco sp) disela-sela wisata Rafflesia arnoldii. 
Cicak terbang merupakan salah satu jenis reptil yang termasuk kedalam suku (familia) Agamidae. Marga cicak terbang beranggotakan sekitar 40 jenis di dunia. Kawasan Sunda land sedikitnya terdapat 17 jenis yaitu; Draco abbreviatus, D. blanfordi, D. cornutus, D. cristatellus, D. fimbriatus, D. formosus, D. haematopogon, D. cf maculatus, D. maximus, D. melanopogon, D. modiglianii, D. obscurus, D. palawanensis, D. quinquefasciatus, D. sumatranus, D. taeniopterus, D. volans. Sumatera sedikitnya diwakili 10 jenis Satu endemik  Pulau Enggano dan satu jenis lainnya endemik pulau Mentawai). Dua jenis diantaranya saya jumpai pada habitat Raffleisa arnoldii di HL Bukit Daun Register 5 Taba Penanjug. Marga Draco sendiri dicirikan bagian dri sisi terdapat tonjolan dermal menyerupai sayap, dapat dibentangkan, ditopang sedikitnya lima sampai enam tulang rusuk, berfungsi untuk meluncur atau terbang, ketika sampai dipermukaan kayu yang dituju maka sayap tersebut dapat di dilipat kembali. Tekstur halus, beberapa jenis bagian kepala dan punggung kasar, timpanum jelas, terdapat gular, ekor panjang (Kamsi, M et all. 2017). 
Dua Jenis yang baru saya jumpai di habitat Rafflesia arnoldii adalah Cicak Terbang Kerongkongan Merah (Draco haematopogon) dan Cicak Terbang Kerongkongan Hitam (Draco melanopogon).

- Cicak Terbang Kerongkongan Merah (Draco haematopogon)
Scientific Name: Draco haematopogon Gray, 1831Common Name(s):
English Name :Red-barbed Flying Dragon, Red Bearded Flying Lizard
Indonesia : Cicak Terbang Kerongkongan Merah
Synonym(s):  
 
Draco haematopogon ssp. microlepis
Boulenger, 1893
Draco microlepis
Boulenger, 1893
Cicak Terbang Kerongkongan Merah (Draco haematopogon)
Ciri-ciri:
Kepala kecil, moncong lebih panjang dari lingkar mata, hidung sisik kepala tidak rata, bibir atas antara 10-11, kantong gular satu pertiga panjang kepala, tidak terdapat lipatan dileher, sisik dorsal rata, halus, kaki-depan seluruhnya sampai diluar moncong, kaki-belakang sampai pada sikut. warna tubuh bagian atas abu-abu kehijauan sampai metalik berkilau, warna gelap memotong, moncong coklat, sayap merah pada bagian atas dengan totol hitam, bagian bawah tubuh kehijauan, dagu merah dengan totol coklat dan totol warna hitam lebar disetiap sisi kantong gular, spesimen jantan kuning, ukuran panjang tubuh 91mm, ekor 270 mm.
Habitat :
Hutan Primer dataran rendah sampai hutan pegunungan. 
Sebaran :
Indonesia (Jawa, Kalimantan, Sumatera); Malaysia (Sabah, Sarawak); Thailand.
Dalam Catatan Merah IUCN status konservasi jenis ini adalah LC (Least Concern)

- Cicak Terbang Kerongkongan Hitam (Draco melanopogon)
Scientific Name: Draco melanopogon Gray, 1831Common Name(s):
English Name : Black-barbed Flying Dragon
Indonesia : Cicak Terbang Kerongkongan Hitam

Cicak Terbang Kerongkongan Hitam (Draco melanopogon)
Ciri-ciri :
Kepala kecil, moncong lebih pendek dari lingkar mata, sisik kepala sangat halus, tidak rata dimoncong, bibir atas antara 11-15, kantong gular satu setengah panjang kepala, tertutp oleh sisik lembut, tidak terdapat lipatan dikepala, sisik dorsal rata, sedikit lebih kecil dari ventral, sepasang sisik ventral terpisah oleh sisik lebar,  kaki-depan jauh melampaui moncong, kaki-belakang sampai pada sikut. warna tubuh bagian atas coklat, totol seperti marmer melintang tidak beraturan, sisik tengkuk, sayap bagian atas hitam dengan totol kuning, bagian bawah tanpa totol kantong gular hitam dengan warna putih dipangal gular bagian dalampada sepesimen jantan, abu-abu pada spesimen betina. Ukuran panjang tubuh 80mm, ekor 240 mm.
Cicak Terbang Kerongkongan Hitam (Draco melanopogon) 
Habitat:
Hutan Primer, hutan sekuder dan perbatasan antara hutan dengan permukiman didaerah rendah, mudah dijumpai dipohon-pohon pada cuaca cerah, berjemur diatas batang-batang pohon sambil membentangkan sayapnya. Dijumpai dari permukaan laut sampai ketinggian 1.100 mdpl.
Distribusi :
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand. 

Sumber :

Inger, R.F. & Manthey, U. 2010. Draco haematopogon. The IUCN Red List of Threatened Species 2010: e.T170394A6775434. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2010-4.RLTS.T170394A6775434.en. Downloaded on 21 December 2017.
Kamsi, M., Siska H., Akhmad J. S dan Gabriella F. 2017. Buku Panduan Lapangan Amfibi dan Reptil Kawasan Hutan Batang Toru.Herpetologer Mania Publishing, Yayasan Ekosistem Lestari. Edisi I, Medan. Indonesia.

Comments